Selasa, 07 Oktober 2008

Resensi Film "Radit dan Jani", serta Makna dan Kisahnya

Waktu ini film ada iklannya mau tayang di sebuah stasiun televisi swasta Indonesia, gw lumayan penasaran juga pengen nonton, karena gw pengen tau apa sih esensinya film ini. Di lihat dari iklannya aja udah gak mendidik, tapi kenapa layak tayang oleh stasiun televisi tersebut. Untungnya ini film (buat masyarakat luas) tayang di jam yang sangat malam (jam 10 malam sampe jam 1 pagi) tetapi gak untung buat gw karena harus begadang nonton film ini (gw emang gak suka begadang, mata gw sering rabun kalo tidur terlalu larut atau kecapekan).

Beralih ke isi film. Film ini menceritakan 2 pasang remaja yang saling mencintai (mungkin sehidup semati kali ya) dan rela menjalani hidup tanpa uang. Radit adalah tipe orang penyayang, bertanggung jawab, dan pekerja keras. Tetapi dibalik itu semua, dia seorang junkies, cemburuan, posesif, dan gak bisa nahan emosi. Jani adalah tipe orang yang setia, penyabar, dan rela hidup susah. Sifat jeleknya sih yang gw tangkep cuma emosian aja sih. Sifat positifnya itu pasti sifat wanita yang (menurut gw pasti) diidam-idamkan seluruh pria (kere', macam gw lah, hahaha...).

Sepasang kekasih ini menjalani hidup senang-susah berdua. Mencari uang demi hidup yang berkelanjutan. Memohon restu dari kedua orang tua untuk keikhlasannya. Radit menurut gw dicerita ini loser banget, karena dia selalu gagal memenuhi apa yang menjadi mimpinya, tapi bukan berarti dia bukan tanpa usaha, dia terus berusaha bagaimana agar mimpi-mimpinya tercapai. Saat Jani pulang larut malam, Radit langsung cemburu dan menginterogasi Jani apa dia selingkuh dengan pria lain apa nggak. Jani, walaupun dia bisa mencari pria lain dengan mudahnya, dia bahkan terus setia dengan pasangannya ini. Bahkan suatu saat dia hamil pun itu memang karena Radit, bukan karena orang lain. Ampun deh, nih cewek setia banget, gw mau nih yang kayak gini, mau hidup susah dan setia, udah gitu sabar banget ngadepin kelakuan pasangannya.

Di akhir kisah Radit ninggalin Jani yang dibawa keluarganya karena gak sanggup menjalani hidup bersama tanpa harapan. Dia rela kehilangan orang yang begitu dia sayangi untuk bisa membahagiakan kekasihnya. Di akhir film pun ada kata-kata yang diulang oleh Radit "Percayalah Jan, suatu saat gw pasti akan membahagiakan lo, sabar ya sayang". Mungkin hal tadi itulah yang dia lakukan untuk membahagaiakan Jani. How sad...

Kesimpulannya, ini film merupakan perjuangan sepasang kekasih yang rela melakukan apa saja asal bisa melanjutkan kehidupan mereka. Tetapi dibalik itu ada hal yang gak patut untuk masyarakat tiru, dimana orang yang butuh hidup seharusnya mendahulukan kebutuhan utamanya, bukan rokok, alkohol, clubbing, atau narkoba yang jadi kebutuhan utama. Sifat saling setia dan percaya ini yang harus dimiliki oleh sepasang kekasih manapun yang sedang jatuh cinta. Percayalah, 2 sifat ini harus dibawa sampe mati kalo pengen serius menatapi jalan pernikahan.

Setelah gw amati sih, kisah ini sedikit mirip dengan kisah gw dan mantan pacar gw dimana mantan gw (CUKUP) sabar melayani gw yang selalu melakukan kebodohan. Tapi jujur, kebodohan gw bukan karena gw gak inget, tapi karena grogi takut membuat emosi mantan gw gak stabil (istilahnya bikin dia bad-day). Akhirnya gw lebih sering diemin dia, takut gw kalo komentar salah-salah kata. Gw ninggalin dia juga buat kebahagiaan dia, (setelah gw putusin, dia akhirnya punya sifat terbuka sama gw). Lagipula dia juga udah gak mempercayai gw lagi. Gw memutuskan untuk gak mau berhubungan sama dia lagi takut gw pengen balik. Tapi gw kangen ingin menyayangi seseorang lagi. Hihihi...

Tidak ada komentar: